PT. Optima Prima Metal Sinergi - Penjualan pembelian besi & kapal bekas berkualitas.
Investasi bukan menjadi sesuatu hal yang baru bagi seorang Meilyna Widjaja. Perempuan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) tersebut mulai mengenal dunia investasi sejak 1998.
Awalnya, Meilyna berinvestasi di pasar modal Amerika Serikat (AS) dengan membeli saham-saham teknologi yang kala itu sedang booming. Saham-saham yang dia beli bergerak di bidang penyedia internet dan teknologi, yang kemudian melesat tajam di tahun 1999 dan 2000 sehingga memberikan keuntungan besar.
Namun, kisah investasi Meilyna tidak selalu mulus. Karena kurangnya pengalaman, saham-saham yang tadinya memberikan keuntungan yang sangat luar biasa, perlahan runtuh di tahun 2001-2002. Saat itu, sedang terjadi dot-com bubble burst di Negeri Paman Sam tersebut. “Untungnya saya sudah melepas posisi saya sebelumnya, sehingga masih mendapatkan sebagian keuntungan,” kenang dia.
Lebih lanjut, beberapa perusahaan seperti Cisco System dan Qualcomm juga ikut jatuh hingga 86% di tahun 2002, meskipun setelahnya dapat bangkit kembali. Dari kejadian ini, Meilyna kemudian memetik pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam memilih saham-saham yang akan dibeli. Caranya, yakni dengan mencermati kapitalisasi perusahaan, prospek usaha, dan laporan keuangan perusahaan yang akan dilirik.
Di tahun 2005, Meilyna mulai ikut berinvestasi di pasar modal tanah air. Berbekal pelajaran dan pengalaman berinvestasi di AS, Meilyna menjadi lebih berhati-hati dalam memilih saham.
Sederet suka dan duka dalam berinvestasi telah dialami Meilyna selama 22 tahun berinvestasi di pasar modal. Tetapi, perempuan yang pernah menjabat Business Developer di IKEA of Sweden Trading Office, Jakarta pada 2001 mengaku tidak pernah terlalu berlarut-larut dalam duka sepanjang dia berinvestasi. Sebab, Meilyna percaya kepada pasar modal Indonesia dan kestabilan ekonomi nasional, yang selalu dapat pulih kembali dengan segera.
Apalagi investasi yang dia miliki merupakan alokasi dana dingin, yakni bersumber dari penghasilan yang memang sudah disisihkan untuk direncanakan sebagai tabungan masa depan. "Jadi bukan dari dana yang memang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," sambung dia.
Saat ini, keranjang investasi Meilyna menjadi lebih beragam. Di instrumen yang tidak likuid, sebanyak 55% aset Meilyna berbentuk properti. Hal ini bertujuan untuk investasi jangka panjang dan memberikan return yang tinggi karena properti menjadi semakin langka sehingga diharapkan bisa memberikan nilai tambah.
Sementara di aset likuid, sebanyak 45% investasi Meilyna berupa deposito, tabungan, reksadana, dan saham. "Saya juga ikut ber investasi di obligasi negara ritel Indonesia (ORI) dan sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah dan investasi lainnya,” sambung dia. Adapun tujuan dari investasi ini adalah untuk tabungan masa depan dan untuk dana pensiun.
Sampai saat ini, ada satu prinsip berinvestasi yang dipegang teguh Meilyna, yakni know your limit. Berinvestasi juga memerlukan kedisiplinan dan kesabaran. Disiplin dalam artian setidaknya setiap bulan harus dibiasakan untuk menyisihkan sebagian porsi dari pemasukan yang diterima untuk diinvestasikan ke produk-produk investasi.
Sementara sikap sabar diperlukan ketika imbal hasil portfolio yang dimiliki tidak sesuai harapan. Intinya, jangan mudah berputus asa. Meilyna menganalogikan, berinvestasi sama halnya dengan menanam bibit tanaman. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh tinggi dan berkembang, dibutuhkan waktu dan kesabaran. Tidak dengan cara dan waktu yang instan.
Bagi investor pemula, Meilyna menyarankan agar menyisihkan sebagian dari penghasilan di luar biaya hidup, biaya asuransi, biaya pendidikan dan biaya kebutuhan lainnya untuk diinvestasikan. Instrumen investasi yang dipilih bisa dalam produk-produk investasi yang dikeluarkan pemerintah saat ini, seperti ORI atau sukuk, yang rate-nya lebih tinggi daripada bunga deposito. Investor pemula juga bisa ikut program Nabung Saham setiap bulannya untuk memudahkan dan meringankan dalam berinvestasi.
Orang nomor satu di OPMS yang sempat menjabat sebagai Hospitaly Management di Royal Palms Resort Phoenix, Arizona, AS pada 2003 ini melihat pasar modal tanah air memiliki peluang yang sangat besar untuk bertumbuh. Berkaca pada pasar modal AS, nilai kapitalisasi pasar modal Paman Sam mencapai US$ 35 triliun (berdasarkan laporan dari siblisresearch.com per 30 Juni 2020).
Sedangkan nilai valuasi sebuah perusahaan raksasa seperti Facebook atau Alibaba, nilainya bisa menyamai kapitalisasi pasar modal di tanah air. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa potensi pertumbuhan pasar modal tanah air masih sangat besar dan positif. “Kita sebagai warga negara Indonesia, harus mempunyai keyakinan bahwa pasar modal di Indonesia akan tumbuh secara positif dan membesar seiring berjalannya waktu,” kata Meilyna.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga diharapkan meramaikan pasar modal untuk ikut bertumbuh melalui skema go public. Selain itu, investor juga tentunya bisa ikut berinvestasi dengan cara menabung saham demi mendukung pertumbuhan pasar modal di tanah air.
Sumber : Kontan.co.id
HUBUNGI HOTLINE KAMI | 0823 3311 2268 (phone & wa) |
HUBUNGI ESTIMATOR KAMI | 0821 4303 1697 (phone & wa) |
Atau tinggalkan informasi kontak anda, kami akan menghubungi anda...